Rabu, 16 Juli 2008

Menengok Gunung Bromo




















Perjalanan kami ke Bromo berangkat dari Solo hari Jumat malam dengan membawa mobil sendiri. Sampai di Malang, mampir dulu di Batu daerah Songgoriti untuk sekedar sarapan dan membasuh muka. Sebenarnya kalu mau berenang di sini juga ada kolam renang yang buka mulai pukul 08.00 WIB.Setelah puas di Songgoriti, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Malang kota. Kami mencari sebuah masjid untuk menumpang mandi. Setelah mandi dan cari makan perjalanan yang sesungguhnya baru kita mulai. Kami berencana bermalam di Pananjakan untuk melihat sunrise.

( kawah Bromo mengeluarkan asap)
Puncak Penanjakan di malam minggu sangat ramai oleh pengunjung yang menanti pemandangan matahari terbit. Tersedia banyak Jeep sewaan dgn pengemudinya yg piawai. Terdapat 200-an jeep yg siap mengantar dgn tarip 250.000 pp dari Cemoro Sewu ke Kawah Bromo dan Penanjakan round trip. Penanjakan yg merupakan titik tertinggi di Bromo-Tengger dapat dicapai dari Cemoro Lawang maupun dari Tosari. Dari Cemoro Lawang turun ke dalam kaldera berpasir yang amat luas seperti didalam sebuah mangkuk kawah raksasa dgn dindingnya yg berketinggian 300 meter; dari sini menanjak lagi 600-an meter kearah gunung melalui jalan aspal sempit berkelok-kelok dgn sedikit bahu jalan ditepi jurang yang cukup utk kendaraan satu arah, dan sudut tanjakan yang cukup heboh 60 derajat.

Sebenarnya Penanjakan paling mudah dicapai dari arah Pasuruan, Tosari dgn tanjakannya yg normal. Jalur inilah yang kami lalui mengingat keamanan berkendara dengan mobil sendiri. Dari malang kami menuju ke arah Tosari. Sempat beberpa kali harus bertanya pada penduduk lokal yang ramah karena kita beberapa kali tersesat.

Dari Pananjakan, Gunung Bromo, Batok, Kursi dan Widodaren terlihat kecil dgn latar belakangnya Gunung Semeru yg batuk-batuk setiap 15 menit. Setelah Penanjakan perjalanan diteruskan ke puncak Bromo dgn mengarungi lautan pasir.

( menunggu datangnya rejeki )


Selain dari pada kuda, kendaraan hanya bisa mendekati 500 meter dari awal undakan dan diteruskan dgn berjalan kaki, sebelum mendaki tangga sampai ke tepi kawah yg masih cukup aktif.
NB : Wasis, Che & Ung tanpa kita nekat tak da kesempatan kita kesana.....ingat pada saat mobil kita seperti berjalan di atas awan, kanan kiri kita adalah jurang yang terjal. Pada saat itulah aku dekat dengan Tuhan.

1 komentar:

  1. Uuuuhhh.. bikin pengeeeennnn....
    awas yaa..!!! kita meh hanimun kesana. wek wek wek.... aaarrrrrgggghhhhh....!!!!!

    BalasHapus